Kamis, 24 November 2011

PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS

• ETIKA BISNIS
Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat. Etika Bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang saham, masyarakat.
Perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika, yakni bisnis dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang dijalankan dengan mentaati kaidah-kaidah etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku.
Etika Bisnis dapat menjadi standar dan pedoman bagi seluruh karyawan termasuk manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan dan sikap yang profesional.
• Pengertian Etika
PENGERTIAN ETIKA Pengertian Etika( Etimologi) , berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan( c u s t o m) . Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk.Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku.
Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup tingkat internasional di perlukan suatu system yang mengatur bagaimana seharusnya manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling menghormati dan dikenal dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler dan lain-lain.
Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan masing-masing yang terlibat agar mereka senang, tenang, tentram, terlindung tanpa merugikan kepentingannya serta terjamin agar perbuatannya yang tengah dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan hak-hak asasi umumnya. Hal itulah yang mendasari tumbuh kembangnya etika di masyarakat kita.
Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani ETHOS yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik, seperti yang dirumuskan oleh beberapa ahli berikut ini :
- Drs. O.P. SIMORANGKIR : etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
- Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.
- Drs. H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam hidupnya.
Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu kitauntuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yangpelru kita pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan kita, dengan demikian etika ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan manusianya.
Pengertian Etika( Et i mo lo g i) , berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan( c u s t o m) . Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk.Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku.
Istilah lain yang identik dengan etika, yaitu:
• Susila (Sanskerta), lebih menunjukkan kepada dasar-dasar, prinsip, aturan hidup( s ila ) yang lebih baik (su).
• Akhlak (Arab), berarti moral, dan etika berarti ilmu akhlak. Filsuf Aristoteles, dalam bukunya Etika Nikomacheia, menjelaskan tentang pembahasan Etika, sebagai berikut:
• Terminius Techicus, Pengertian etika dalam hal ini adalah, etika dipelajari untuk ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah perbuatan atau tindakan manusia.
• Manner dan Custom, Membahas etika yang berkaitan dengan tata cara dan kebiasaan (adat) yang melekat dalam kodrat manusia (In herent in human nature) yang terikat dengan pengertian “baik dan buruk” suatu tingkah laku atau perbuatan manusia. Pengertian dan definisi Etika dari para filsuf atau ahli berbeda dalam pokok perhatiannya; antara lain:
1. Merupakan prinsip-prinsip moral yang termasuk ilmu tentang kebaikan dan sifat dari hak (The principles of morality, including the science of good and the nature of the right)
2. Pedoman perilaku, yang diakui berkaitan dengan memperhatikan bagian utama dari kegiatan manusia. (The rules of conduct, recognize in respect to a particular class of human actions)
3. Ilmu watak manusia yang ideal, dan prinsip-prinsip moral sebagai individual. (The science of human character in its ideal state, and moral principles as of an individual)
4. Merupakan ilmu mengenai suatu kewajiban (The science of duty) Macam-macam Etika
Dalam membahas Etika sebagai ilmu yang menyelidiki tentang tanggapan kesusilaan atau etis, yaitu sama halnya dengan berbicara moral(mores). Manusia disebut etis, ialah manusia secara utuh dan menyeluruh mampu memenuhi hajat hidupnya dalam rangka asas keseimbangan antara kepentingan pribadi dengan pihaky a n g lainnya, antara rohani dengan jasmaninya, dan antara sebagai makhluk berdiri sendiri dengan penciptanya. Termasuk di dalamnya membahas nilai-nilai atau norma-norma yang dikaitkan dengan etika,
Terdapat dua macam etika (Keraf: 1991: 23), sebagai berikut:
• Etika Deskriptif
Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku manusia, serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai. Artinya Etika deskriptif tersebut berbicara mengenai fakta secara apa adanya, yakni mengenai nilai dan perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya. Dapat disimpulkan bahwa tentang kenyataan dalam penghayatan nilai atau tanpa nilaidalam suatu masyarakat yang dikaitkan dengan kondisi tertentu memungkinkan manusia dapat bertindak secara etis.
• Etika Normatif
Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini. Jadi Etika Normatif merupakan norma-norma yang dapat menuntun agar manusia bertindak secara baik dan menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku di masyarakat.
• Prinsip-Prinsip Dasar dalam Etika Bisnis Islam
1. 1. Kesatuan (Unity)
Adalah kesatuan sebagaimana terefleksikan dalam konsep tauhid yang memadukan keseluruhan aspek aspek kehidupan muslim baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial menjadi keseluruhan yang homogen,serta mementingkan konsep konsistensi dan keteraturan yang menyeluruh.
Dari konsep ini maka islam menawarkan keterpaduan agama,ekonomi,dan sosial demi membentuk kesatuan.Atas dasar pandangan ini pula maka etika dan bisnis menjadi terpadu, vertikal maupun horisontal,membentuk suatu persamaan yang sangat penting dalam sistem Islam.
1. 2. Keseimbangan (Equilibrium)
Dalam beraktivitas di dunia kerja dan bisnis,Islam mengharuskan untuk berbuat adil,tak terkecuali pada pihak yang tidak disukai.Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Surat Al-Maidah : 8 yang artinya : “Hai orang-orang beriman,hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah SWT,menjadi saksi dengan adil.Dan janganlah sekali-sekali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.Berlaku adillah karena adil lebih dekat dengan takwa”.
1. 3. Kehendak Bebas (Free Will)
Kebebasan merupakan bagian penting dalam nilai etika bisnis islam,tetapi kebebasan itu tidak merugikan kepentingan kolektif.Kepentingan individu dibuka lebar.Tidak adanya batasan pendapatan bagi seseorang mendorong manusia untuk aktif berkarya dan bekerja dengan segala potensi yang dimilikinya.Kecenderungan manusia untuk terus menerus memenuhi kebutuhan pribadinya yang tak terbatas dikendalikan dengan adanya kewajiban setiap individu terhadap masyarakatnya melalui zakat.infak dan sedekah.
1. 4. Tanggungjawab (Responsibility)
Kebebasan tanpa batas adalah suatu hal yang mustahil dilakukan oleh manusia karena tidak menuntut adanya pertanggungjawaban dan akuntabiliats.untuk memenuhi tuntunan keadilan dan kesatuan,manusia perlu mempertnaggungjawabkan tindakanya.secara logis prinsip ini berhubungan erat dengan kehendak bebas.Ia menetapkan batasan mengenai apa yang bebas dilakukan oleh manusia dengan bertanggungjawab atas semua yang dilakukannya.
1. 5. Kebenaran: kebajikan dan kejujuran
Kebenaran dalam konteks ini selain mengandung makna kebenaran lawan dari kesalahan,mengandung pula dua unsur yaitu kebajikan dan kejujuran.Dalam konteks bisnis kebenaran dimaksudkan sebagia niat,sikap dan perilaku benar yang meliputi proses akad (transaksi) proses mencari atau memperoleh komoditas pengembangan maupun dalam proses upaya meraih atau menetapkan keuntungan. Dengan prinsip kebenaran ini maka etika bisnis Islam sangat menjaga dan berlaku preventif terhadap kemungkinan adanya kerugian salah satu pihak yang melakukan transaksi ,kerjasama atau perjanjian dalam bisnis.

Etika Bisnis #

ETIKA BISNIS :
Pemikiran atau refleksi tentang moralitas dalam ekonomi dan bisnis.
Moralitas berarti aspek baik atau buruk, terpuji atau tercela, dan karenanya diperbolehkan atau tidak, dari perilaku manusia. Moralitas selalu berkaitan dengan apa yang dilakukan manusia, dan kegiatan ekonomis merupakan suatu bidang perilaku manusia yang penting.

Apa yang diharapkan dan mengapa kita mempelajari Etika Bisnis?
Menurut K. Bertens, ada 3 tujuan yang ingin dicapai, yaitu :

1. Menanamkan atau meningkakan kesadaran akan adanya demensi etis dalam bisnis.
Menanamkan, jika sebelumnya kesadaran itu tidak ada, meningkatkan bila kesadaran itu sudah
ada, tapi masih lemah dan ragu.
Orang yang mendalami etika bisnis diharapkan memperoleh keyakinan bahwa etika merupakan
segi nyata dari kegiatan ekonomis yang perlu diberikan perhatian serius.

2. Memperkenalkan argumentasi moral khususnya dibidang ekonomi dan bisnis, serta membantu
pebisnis/calon pebisnis dalam menyusun argumentasi moral yang tepat.
Dalam etika sebagai ilmu, bukan Baja penting adanya norma-norma moral, tidak kalah penting adalah alasan bagi berlakunya norma-norma itu. Melalui studi etika diharapkan pelaku bisnis akan sanggup menemukan fundamental rasional untuk aspek moral yang menyangkut ekonomi dan bisnis.

3. Membantu pebisnis/calon pebisnis, untuk menentukan sikap moral yang tepat didalam profesinya
(kelak).

Hal ketiga ini memunculkan pertanyaan, apakah studi etika ini menjamin seseorang akan menjadi etis juga? Jawabnya, sekurang-kurangnya meliputi dua sisi berikut, yaitu disatu pihak, harus dikatakan : etika mengikat tetapi tidak memaksa. Disisi lain, studi dan pengajaran tentang etika bisnis boleh diharapkan juga mempunyai dampak atas tingkah laku pebisnis. Bila studi etika telah membuka mata, konsekuensi logisnya adalah pebisnis bertingkah laku menurut yang diakui sebagai hal yang benar.

Tiga aspek pokok dari bisnis yaitu : dari sudut pandang ekonomi, hukum dan etika.

1. Sudut pandang ekonomis.
Bisnis adalah kegiatan ekonomis. Yang terjadi disini adalah adanya interaksi antara produsen/perusahaan dengan pekerja, produsen dengan konsumen, produsen dengan produsen dalam sebuah organisasi. Kegiatan antar manusia ini adalah bertujuan untuk mencari untung oleh karena itu menjadi kegiatan ekonomis. Pencarian keuntungan dalam bisnis tidak bersifat sepihak, tetapi dilakukan melalui interaksi yang melibatkan berbagai pihak.
Dari sudut pandang ekonomis, good business adalah bisnis yang bukan saja menguntungkan, tetapi
juga bisnis yang berkualitas etis.

2.Sudut pandang moral.
Dalam bisnis, berorientasi pada profit, adalah sangat wajar, akan tetapi jangan keuntungan yang
diperoleh tersebut justru merugikan pihak lain. Tidak semua yang bisa kita lakukan boleh1
dilakukan juga. Kita harus menghormati kepentingan dan hak orang lain. Pantas diperhatikan, bahwa dengan itu kita sendiri tidak dirugikan, karena menghormati kepentingan dan hak orang lain itu juga perlu dilakukan demi kepentingan bisnis kita sendiri.

3. Sudut pandang Hukum
Bisa dipastikan bahwa kegiatan bisnis juga terikat dengan "Hukum" Hukum Dagang atau Hukum Bisnis, yang merupakan cabang penting dari ilmu hukum modern. Dan dalam praktek hukum banyak masalah timbul dalam hubungan bisnis, pada taraf nasional maupun international. Seperti etika, hukum juga merupakan sudut pandang normatif, karena menetapkan apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Dari segi norma, hukum lebih jelas dan pasti daripada etika, karena peraturan hukum dituliskan hitam atas putih dan ada sanksi tertentu bila terjadi pelanggaran. Bahkan pada zaman kekaisaran Roma, ada pepatah terkenal : "Quid leges sine
moribus" yang artinya : "apa artinya undang-undang kalau tidak disertai moralitas

Kamis, 03 November 2011

MEMBANGUN DAN MENGEMBANGKAN ETIKA BISNIS DALAM PERUSAHAAN


Di Indonesia tampaknya masalah penerapan etika perusahaan yang lebih intensif masih belum dilakukan dan digerakan secara nyata. Pada umumnya baru sampai tahap pernyataan-pernyaaatn atau sekedar “lips-service” belaka. Karena memang enforcement dari pemerintah pun belum tampak secara jelas.

Sesungguhnya Indonesia harus lebih awal menggerakan penerapan etika bisnis secara intensif terutama setelah tragedi krisis ekonomi tahun 1998. Sayangnya bangsa ini mudah lupa dan mudah pula memberikan maaf kepada suatu kesalahan yang menyebabkan bencana nasional sehingga penyebab krisis tidak diselesaikan secara tuntas dan tidak berdasarkan suatu pola yang mendasar. Sesungguhnya penyebab utama krisis ini, dari sisi korporasi, adalah tidak berfungsinya praktek etika bisnis secara benar, konsisten dan konsekwen. Demikian pula penyebab terjadinya kasus Pertamina tahun (1975), Bank Duta (1990) adalah serupa.

Praktek penerapan etika bisnis yang paling sering kita jumpai pada umunya diwujudkan dalam bentuk buku saku “code of conducts” atau kode etik dimasing-masing perusahaan. Hal ini barulah merupakan tahap awal dari praktek etika bisnis yakni mengkodifikasi-kan nilai-nilai yang terkandung dalam etika bisnis bersama-sama corporate-culture atau budaya perusahaan, kedalam suatu bentuk pernyataan tertulis dari perusahaan untuk dilakukan dan tidak dilakukan oleh manajemen dan karyawan dalam melakukan kegiatan bisnis.

Secara sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri dan juga masyarakat. Kesemuanya ini mencakup bagaimana kita menjalankan bisnis secara adil (fairness), sesuai dengan hukum yang berlaku (legal) tidak tergantung pada kedudukani individu ataupun perusahaan di masyarakat.

Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan hukum, karena dalam kegiatan bisnis seringkali kita temukan “grey-area” yang tidak diatur oleh ketentuan hukum.

Menurut Von der Embse dan R.A. Wagley dalam artikelnya di Advance Managemen Jouurnal (1988) yang berjudul Managerial Ethics Hard Decisions on Soft Criteria, membedakan antara ethics, morality dan law sebagai berikut :

· • Ethics is defined as the consensually accepted standards of behavior for an occupation, trade and profession

· • Morality is the precepts of personal behavior based on religious or philosophical grounds

· • Law refers to formal codes that permit or forbid certain behaviors and may or may not enforce ethics or morality.

Berdasarkan pengertian tersebut, terdapat tiga pendekatan dasar dalam merumuskan tingkah laku etika kita :

  1. Utilitarian Approach : setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensi nya. Oleh karena itu dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat memberi manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang tidak membahayakan dan dengan biaya serendah-rendahnya.
  2. Individual Rights Approach : setiap orang dalam tindakan dan kelakuan nya memiliki hak dasar yang harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah laku tersebut harus dihindari apabila diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan dengan hak orang lain.
  3. Justice Approach : para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama, dan bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan baik secara perseorangan ataupun secara kelompok.

Dari pengelompokan tersebut Cavanagh (1990) memberikan cara menjawab permasalahan etika dengan merangkum dalam 3 bentuk pertanyaan sederhana yakni :

· Utility : Does it optimize the satisfactions of all stakeholders ?

· Rights : Does it respect the rights of the individuals involved ?

· Justice : Is it consistent with the canons oif justice ?


Mengapa etika bisnis dalam perusahaan terasa sangat penting saat ini? Karena untuk membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta mempunyai kemampuan menciptakan nilai (value-creation) yang tinggi, diperlukan suatu landasan yang kokoh. Biasanya dimulai dari perencanaan strategis , organisasi yang baik, sistem prosedur yang transparan didukung oleh budaya perusahaan yang andal serta etika perusahaan yang dilaksanakan secara konsisten dan konsekwen.
Contoh kasus Enron yang selain menhancurkan dirinya telah pula menghancurkan Kantor Akuntan Publik Arthur Andersen yang memiliki reputasi internasional, dan telah dibangun lebih dari 80 tahun, menunjukan bahwa penyebab utamanya adalah praktek etika perusahaan tidak dilaksanakan dengan baik dan tentunya karena lemahnya kepemimpinan para pengelolanya. Dari pengalaman berbagai kegagalan tersebut, kita harus makin waspada dan tidak terpana oleh cahaya dan kilatan suatu perusahaan hanya semata-mata dari penampilan saja, karena berkilat belum tentu emas.

Haruslah diyakini bahwa pada dasarnya praktek etika perusahaan akan selalu menguntungkan perusahaan baik untuk jangka menengah maupun jangka panjang karena :

· • Akan dapat mengurangi biaya akibat dicegahnya kemungkinan terjadinya friksi baik intern perusahaan maupun dengan eksternal.

· • Akan dapat meningkatkan motivasi pekerja.

· • Akan melindungi prinsip kebebasan ber-niaga

· • Akan meningkatkan keunggulan bersaing.


Tindakan yang tidak etis, bagi perusahaan akan memancing tindakan balasan dari konsumen dan masyarakat dan akan sangat kontra produktif, misalnya melalui gerakan pemboikotan, larangan beredar, larangan beroperasi. Hal ini akan dapat menurunkan nilai penjualan maupun nilai perusahaan. Sedangkan perusahaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika pada umumnya perusahaan yang memiliki peringkat kepuasan bekerja yang tinggi pula, terutama apabila perusahaan tidak mentolerir tindakan yany tidak etis misalnya diskriminasi dalam sistem remunerasi atau jenjang karier. Karyawan yang berkualitas adalah aset yang paling berharga bagi perusahaan oleh karena itu semaksimal mungkin harus tetap dipertahankan.
Untuk memudahkan penerapan etika perusahaan dalam kegiatan sehari-hari maka nilai-nilai yang terkandung dalam etika bisnis harus dituangkan kedalam manajemen korporasi yakni dengan cara :

· • Menuangkan etika bisnis dalam suatu kode etik (code of conduct)

· • Memperkuat sistem pengawasan

· • Menyelenggarakan pelatihan (training) untuk karyawan secara terus menerus.

Ketentuan tersebut seharusnya diwajibkan untuk dilaksanakan, minimal oleh para pemegang saham, sebagaimana dilakukan oleh perusahaan yang tercatat di NYSE ( antara lain PT. TELKOM dan PT. INDOSAT) dimana diwajibkan untuk membuat berbagai peraturan perusahaan yang sangat ketat sesuai dengan ketentuan dari Sarbannes Oxley yang diterbitkan dengan maksud untuk mencegah terulangnya kasus Enron dan Worldcom.
Kesemuanya itu adalah dari segi korporasi, bagaimana penerapan untuk individu dalam korporasi tersebut ? Anjuran dari filosuf Immanual Kant yang dikenal dengan Golden Rule bisa sebagai jawabannya, yakni :

· • Treat others as you would like them to treat you

· • An action is morally wrong for a person if that person uses others, merely as means for advancing his own interests.


Apakah untuk masa depan etika perusahaan ini masih diperlukan ? Bennis, Spreitzer dan Cummings (2001) menjawab “ Young leaders place great value on ethics. Ethical behavior was identified as a key characteristic of the leader of the future and was thought to be sorely lacking in current leaders.”
Dan kasus Enron pun merupakan pukulan berat bagi sekolah-sekolah bisnis karena ternyata etika belum masuk dalam kurikulum misalnya di Harvard Business School. Sebelumnya mahasiswa hanya beranggapan bahwa “ethics as being about not getting caught rather than how to do the right thing in the first place”.

ETIKA DALAM BISNIS INTERNASIOAL


INTRODUCTION

Di dua bab sebelumnya telah dijelaskan beberapa perbedaan dalam masyarakat dalam hal ekonomi, politik, hukum dan kebudayaan. Kita juga merencanakan dari beberapa masalah tersebut untuk berlatih bisnis inernasional. Bab ini terfkus pada masalah etika yang berkembang ketika perusahaan melakkan aktivitas bisnis di Negara – Negara yang berbeda. Banyak masalah etika yang berkembang karena perbedaan perkembangan di bidang kemajun ekonomi, politik, system hukum dan kebudayaan. Kata etika disini mengacu pada asas yang diterima baik benar atau salah yang menguasai tingkah laku seseorang, anggota dari pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan organisasi. Etika bisnis adalah asas yang diterima baik benar atau salah yang menguasai tingkah laku seorang pengusaha, dan etika strategi adalah strategi atau jalan dari suatu kegiatan yang tidak melaggar asas – asas yang berlaku.

Dalam masyarakat kita dan yang lain, banyak asas etika yang disusun menjadi sebuah hukum atau undang – undang. Seperti larangan untuk membunuh, mencuri, berzinah tetapi diantaranya banyak yang tidak sesuai, seperti asas yang seharusnya seorang pengarang tidak menjiplak pekerjaan orang lain. Selama tidak meniru tiap kata penjiplakan secara teknis tidak melanggar hak cipta tetapi hal tersebut sabgat tidak pantas dilakukan. Dalam sejarah ilmu pengetahuan, penuh dengan contoh dari para peneliti bahwa ide mereka telah dicuri oleh teman yang tidak teliti untuk keuntungan sendiri sebelum penemu ide mempunyai peluang untuk mematenkan dan menerbitkan ide mereka sendiri. Meskipun kelakuan ini tidak melanggar hokum tapi jelas sangat tidak etis.

Kasus pembuka diatas menggambarkan masalah ini. Nike tidak melanggar hukum ketika pemborong bawahan mereka di Asia Tenggara menyediakan pekerjaan dalam keadaan yang buruk, tapi banyak yang berpendapat bahwa perlakuan itu sangat todak pantas dilakukan. Nike tidak ragu untuk membuat keputusan kepada para pemborong agar menekan biaya dengan cara apapun dengan tujuan keuntungan jangka panjang perusahaan. Pada kenyataanya, masalah etika tidak masuk dalam hitungan pembuatan keputusan suatu perusahaan. Seperti para manajer pada kebanyakan perusahaan, apa yang menjadi alas an Nike adalah tanggung jawab pemborong bawahan yang mengikuti hokum local dan para manajer Nike dengan naïf mempercayai bahwa undang – undang tersebut menjamin keamanan para pekerja. Padahal, struktur hokum di banyak Negara berkembang tidak sempurna dan lemah dibandingkan dengan struktur hokum yang ada di Negara maju. Kadang hokum local berisikan tidak cukup panduan keamanan bagi para pekerja dan meskipun ada kadang hokum itu tidak dilakukan secara efektif. Mengacu pada hal ini, hal yang benar dan tepat yang dapat dilakukan Nike adalah ketika Nike memutuskan kepada pemborong di Negara berkembang untuk menentukan kode etik yang mengandung pedoman yang menghormati keadaan kerja yang harus ditemukan oleh pemborong. Nike melakukan hal ini, dan untuk mendukung hal in, Nike memperkerjakan beberapa pengaudit bebas untuk memastikan agar pemborong melaksanakan pedoman yang diberikan. Tetapi, sebelum Nike bereaksi, telah terjadi protes bertahun – tahun mengenai hal ini. Hal ini tentunya merusak reputasi Nike, dimana reputasi adalah asset tidak telihat yang paling penting bag perusahaan. Beberapa berpendapat, Nike harus memberitahukan bahwa mamasukkan masalah etika dalam pengambilan keputusan adalah penting. Secara mendasar, ini adalah hal yang benar untuk dilakukan!

Bab ini melihat bagaimana etika bisnis bisa digabungkan dengan pembuatan keputusan dalam bisnis internasional. Kita memulai dengan melihat Sumber Daya dan alam dari masalah etika dan dilemma dalam bisnis internasional. Kemudian kita melihat kembal alas an dar ietika yang buruk dalam pengambilan keputusan dalam bisnis internasional. Kemudian kita membicarakan prinsip yang berbeda yang dekat dengan etika bisnis. Kita menutup bab ini dengan melihat kembali proses berbeda yang dapat dilakukan manajer yang dapat dilakukan sebagai pertimbangan dalam memasukkan pembuatan keputusan dalam bisnis internasional suatu perusahaan.

Persoalan etika dalam bisnis internasional

Banyak persoalan etika dan dilemma dalam bisnis internasional yang berakar pada system politik, hukum, kemajuan ekonomi, dan budaya yang sangat berbeda antar Negara. Akibatnya, apa yang dianggap abik di satu Negara belum tentu dianggap baik di Negara lain. Karena manajer bekerja untuk institusi yang melebihi batas Negara dan budaya, maka manager dari perusahaan multinasional harus peka terhadap perbedaan dan harus memlih kegiatan etika dalam berbagai keadaan karena berpotensi menimbulakan masalah dalam etika. Dalam tatanan bisnis internasional, hal yang paling umum adalah kebiasaan pekerja, hak asasi manusia, peraturan lingkungan, korupsi, dan kewajiban moral dari perusahaan multinasional.

Kebiasaan para pekerja

Dalam kasus pembuka, masalah etika dihubungkan dengan kebiasaan pekerja di Negara lain. Ketika kondisi kerja di Negara tempat investasi lebih rendah dari kondisi kerja dari tempat asal perusahaan multinasional tersebut,standart apa yang harus dipilih? Apa dari Negara asal, Negara tempat investasi atau diantaranya? Ketika tiap Negara dianggap sama, maka berapakah perbedaan yang dapat diterima? Seperti, bekerja 12 jam sehari, gaji rendah dan gagal ,melindungi pekerja dari bahan berbahaya mungkin umum dilakukan di beberapa Negara berkembang, tap apakah hal ini berarti bak bagi perusahaan multinasional untuk menerima keadaan kerja tersebut atau memaafkan melalui pemborong?

Seperti kasus Nike, pendapat yang kuat dapat menjadi kebiasaan yang tidak tepat. Tapi tetap meninggalkan pertanyaan, apakah standart yang harus digunakan? Kita hars kembali dan menyadari kasus ini di bab selanjutnya. Untuk sekarang, mengumumkan standart minimal keamanan dan martabat pekerja dan memakai jasa audit adalah cara yang terbaik untuk mengatasi maslah ini. Seperti yang dilakukan perusahaan Levi Strauss yang pada tahun 1990an memutuskan kontrak dengan penyuplai terbesar, The Tan Family. Karena The Tan memperkerjakan perempuan cina dan Filipina 74 jam per minggu di halaman tertutup di Pulau Mariana.

Hak Asasi Manusia

Hak asasi dasar manusia di beberapa Negara masih belum dihargai. Seperti diantaranya, kebebasan berorganisasi, kebebasan berbicara, kebebasan berpolitik, dan sebagainya. Contoh yang apling nyata adalah yang terjadi di Afrika Selatan. Yaitu politik pembedaan warna kulit (apartheid) yang terjadi sampai tahun 1994. Apartheid adalah pemisahan kulit putih dengan kulit hitam yang menyediakan pekerjaan bagi kulit putih dan melarang kulit hitam bekerja pada usaha yang dikelola kulit putih. Meskipun menggunakan sistem seperti ini, banyak pengusaha barat beroperasi di Afrika Selatan. Tahun 1980, banyak yang menanyakan kebijakan ini. Mereka berpendapat, investasi mereka menikkan status ekonomi dan dapat menekan rezim yang berkuasa.

Beberapa perusahaan barat mengubah kebijakan mereka, diantaranya General Motors (GM). GM menggunakan prinsip Sullivan, yaitu seorang anggota jajaran kepengurusan GM. Sullivan berpendapat bahwa GM dapat beroperasi di Afrika Selatan dengan dua syarat, yaitu perusahaan tidak boleh melakukan hukum apartheid dan dengan kekuatan yang dimiliki, perusahaan harus berusaha melakukan usaha untuk penghapusan politik apartheid. Hukum Sullivan ini digunakan oleh semua perusahaan barat yang beroperasi di Afrika Selatan. Perlawanan ini diabaikan oleh pemerintah Afrika Selatan karena mereka tidak mau melawan para investor.

10 tahun kemudian, Sullivan mengatakan bahwa teorinya tidak cukup untuk menghapus politik apartheid. Dan beberapa perusahaan yang menjalankan hukum ini tidak bisa meneruskan usaha mereka di Afrika Selatan. Diantaranya Exxon, GM, Kodak, IBM dan Xerox. Pada saat bersamaan, dana pension mengatakan tidak mau bekerjasama dengan perusahaan yang menjalankan usaha di Afrika Selatan. Tekanan ini dan akibat sanksi ekonomi yang diberikan AS, berjasa atas penghapusan politik apartheid dan memperkenalkan Pemilihan Umum pada 1994. Hal ini dinilai meningkatkan hak asasi manusia di afrika selatan.

Meslkpun perubahan terjadi di Afrika Selatan, masih ada beberapa rezim yang masih berjalan di dunia ini. Apakah pantas melakukan usaha di Negara seperti ini? Banyak yang berkata, bahwa investasi bisa menekan kebijakan ekonomi, politik, dan social yang membuat rakyat melawan kepada rezim. Hal ini telah dijelaskan di bab 2 dimana kemajuan ekonomi bisa menekan untuk demokrasi. Secara umum, perusahaan multinasional yang berinvestasi di Negara yang kurang demokratis bisa meningkatkan HAM di Negara tersebut. Seperti di China, meskipun dikenal kurang demokrasi dan sering dipertanyakannya HAM disana, ternyata investasi bisa meningkatkan kondisi ekonomi dan meningkatkan standart kehidupan. Kemajuan ini secara tidak langsung menekan rakyat Cina agar lebih berani berpartisipasi dalam pemerintahan, politik dan kebebasan berbicara.

Tapi pendapat ini masih terbatas. Seperti kasus di Afrika Selatan, beberapa rezim tidak setuju bahwa investasi bisa mendukung perbaikan etika. Contoh lain adalah Myanmar (Burma). Dikuasai rezim militer lebih dari 40 tahun, Myanmar adalah salah satu pelaggar HAM paling berat. Tahun 1990an banyak perusahaan Barat dituduh melampaui batas etika yang sangat keras. Beberapa pengejek verpendapat bahwa Myanmar adaah Negara dengan ekonomi kecil, sehingga hukuman tidak mampu membuat begitu bereaksi, seperti apa yang ada di Cina.

Nigeria adalah Negara lain yang perlu dipertanyakan, ketka investasi membuat pelanggaran terhadap HAM. Yang paling terkenal adalah Royal Dutch Shell, perusahaan minyak terbesar di negeri itu yang sering diprotes. Tahun 1990an beberapa suku memprotes karena Royal Dutch Shell menyebabkan polusi dan gagal memberi kompensasi. Shell dilaporkan meminta bantuan Brigade Mobil Nigeria untuk mengakhiri protes para demonstran. Hasilnya menjadi berdarah. Di desa Umuechem, pasukan membunuh 80 demonstran dan menghancurkan 495 rumah. Tahun 1993, protes di bagian Ogoni karena masalah pipa milik Shell dan pasukan diminta lagi menghentikan protes. Hasilnya, 27 desa rusak, 80000 kehilangan tempat tinggal dan 2000 terbunuh.

Kritik bermunculan dan Shell disalahkan sebagai pemicu pembantaian. Shell tidak menggubris hal ini dan pasukan menjadikan alasan demonstrsi sebagai cara untuk membunuh kelompok yang selama beberapa lama berseberangan dengan pemerintah. Hal ini merubah kebijakan Shell dengan membuat mekanisme dari dalam untuk membuat acuan agar tidak bertentangan dengan HAM.

Polusi Lingkungan

Masalah etika muncul ketika peraturan lingkungan di negara investasi lebih rendah dibandingkan dari negara asal investor. Banyak negara maju yang mengatur tentang peraturan dasar tentang pembuangan gas emisi, pembuangan bahan berbahaya, penggunaan bahan beracun dan sebagainya. Peraturan ini kadang kurang diperhatikan di negara berkembang dan menurut laporan,hasil polusi industri tersebut bisa sampai ke tiap rumah. Contohnya adalah yang terjadi di Nigeria. Pada laporan tahun 1992 oleh pemerhati lingkungan isinya:

Industri minyak telah menyebabkan polusi udara baik siang maupun malam, menghasilkan gas beracun yang secara diam – diam dan secara sistematis mengganggu biota air dan membahayakan hidup dari tanaman, permainan dan manusia itu sendiri, kita telah polusi air secara meluas dan polusi tanah yang menyebabkan kematian terhadap hewan air, dan ikan dan di sisi lain lahan pertanian terkontaminasi dan tanah menjadi berbahaya untuk ditanami, meskipun mereka meneruskan menggunakannya.

Contoh diatas menunjukkan bahwa kontrol terhadap polusi di Nigeria kurang dibandingkan dengan di negara maju.

Haruskah perusahaan multinasional merasa tidak bersalah telah membuat polusi di negara lain? Apakah bermoral ketika suatu perusahaan memutuskan berprodusksi di negara berkembang karena kontrol terhadap polusi tidak diperlukan dan perusahaan bebas merusak lingkungan dan mungkin membahayakan penduduk lokal demi menekan biaya produksi dan mendapatkan keuntungan sebesar – besarnya? Apakah hal yang benar dan tindakan moral seperti apakah yang harus digunakan menghadapi keadaan seperti itu? Membuat polusi demi keuntungan ekonomi atau mengikuti peraturan yang melekat tentang standart pengaturan polusi?

Pertanyaan ini menjadi penting karena sebagian besar dari lingkungan adalah milik umum tanpa ada pemilik tetapi semua orang bisa merampasnya. Tidak ada seorangpun yang memiliki udara dan lautan tapi merusak keduanya tidak peduli dimana tempatnya merugikan semuanya. Lautan dan udara adalah barang yang semua orang membutuhkan tapi tidak ada seorangpun yang bertanggung jawab. Dalam beberapa kasus fenomena yang dikenal sebagai tragedi yang sering menjadi diterima dan biasa. Tragedi terjadi ketika sumberdaya digunakan oleh semua orang dan digunakan berlebihan sehingga mengalami kerusakan. Kata fenomena pertama digunakan oleh Garrett Hardin yang menjelaskan masalah pada abad 16 di Inggris. Daerah terbuka yang umum bagi semua digunakan sebagai padang untuk menggembala ternak. Orang miskin menggunakan padang rumput ini dan ternyata menambah penghasilan mereka. Sangat menguntungkan ketika terus menambah jumlah ternak, tetapi masalah sosial yang dihadapi jauh dari keuntungan yang didapatkan dari beternak. Hasilnya menghabiskan rumput, merusak padang rumput dan menghabiskan kandungan alam yang ada.

Dalam masyarakat modern, perusahaan bisa berperan membuat tragedi global dengan cara memindahkan usaha ke tempat yang bisa dengan bebas membuang limbah ke udara atau ke laut dan sungai dan dapat merusak hal yang berharga di alam ini. Mungkin hak ini tidak melanggar hukum, tapi apakah pantas dilakukan? Sekali lagi, diperlukan respon sosial terhadap etika yang berlaku.

Korupsi

Seperti yang tertulis pada bab 2, korupsi menjadi masalah utama di hampir semua sejarah manusia dan terus berlanjut sampai sekarang. Korupsi ada dan akan selalu ada dalam pemerintahan. Bisnis internasional mendapatkan keuntungan dengan membayar pemerintahan yang seperti ini. Contoh klasik adalah kejadian pada tahun 1970an. Carl Kotchian, presiden dari Lockheed membayar $12,5 juta kepada agen Jepang dan pemerintah untuk memuluskan pesanan besar untuk Lockheed Tristar dari Nippon Air. Ketika hal ini diketahui, pejabat dari AS menuduh Lockheed membuat laporan palsu dan menggelapkan pajak. Meskipun pembayaran ini di Jepang diterima dari bagian bisnis, hal ini menjadi skandal dan kasus yang besar. Pejabat pemerintah dianggap melanggar hukum, satu anggota bunuh diri, pemerintahan bermasalah dan masyarakat Jepang marah. Ternyata pembayaran seperti ini tidak diterima oleh masyarakat Jepang. Hal ini dianggap tidak berbeda dengan uang suap yang dibayarkan kepada pejabat untuk melancarkan pesanan raksasa seperti Boeing. Kotchian berlaku sangat tidak pantas dan berpendapat bahwa pembayaran tersebut sah. Dan ternyata hal itu sama sekali salah!

Kasus Lockheed mendorong Foreign Corrupt Practices Art pada tahun 1977 tang telah dijelaskan di bab 2. ini berisikan tentang memberikan uang suap terhadap pejabat negara lain untuk melancarkan bisnis. Beberapa perusahaan AS menganggap ini adalah kerugian dalam bersaing. Dan hal ini dianggap sebagai pembayaran perantara. Sebagaian mengetahui sebagai uang cepat dan hal ini dilakukan untukmengamankan kontrak yang belum aman atau membayar untuk mendapatkan perlakuan istimewa dari pemerintah setempat tetapi tidak mendapatkan hak tersebut di negara lain.

Tahun 1997, anggota dari Organization for Economic Cooperation and Development ( OECD ) membuat AS menggunakan Convention on Combating Bribery of Foreign Public Officials in International Business Transactions. Pertemuan yang diadakan pada 1999 menyuruh anggota agar memasukkan penyuapan sebagai tindakan kriminal. Pertemuan ini juga memperantarai pembayaran antara perusahaan dan pemerintahan secara rutin. Agar menjadi efektif, hukum ini harus diadopsi ke hukum lokal di setiap negara dan sampai sekarang sedang diusahakan.

Ketika menyalurkan pembayaran, masalah etika masih menjadi hal yang gelap. Di banyak negara, pembayaran terhadap pejabat pemerintah sudah menjadi bagian hidup sehari – hari. Baberapa berpendapat tidak berinvestasi karena tidak mau membayar suap mengacuhkan bahwa investasi bisa meningkatkan standart ekonomi dengan menambah pendapatan dan menambah lapangan kerja. Dari hal tersebut, memberi suap meskipun salah mungkin adalah hal yang harus dibayar untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik. Beberapa langkah ekonomi ini dinilai dapat menembus regulasi tidak praktis pada negara berkembang sehingga dapat membantu korupsi untuk tumbuh! Teori ekonomi ini membuat beberapa negara merubah batas mekanisme pasar, korupsi dalam pasar gelap, penyelundupan dan pembayaran rahasia pada para birokrat untuk mempercepat usaha sehingga menambah kesejahteraan. Pendapat seperti ini digunakan untuk membujuk kongres AS untuk menerima pembayaran dari Foreign Corrupt Prctices Act.

Sebaliknya, pakar ekonomi lain mengatakan bahwa korupsi mengurangi pendapatan dari investasi bisnis dan membuat pertumbuahn ekonomi rendah. Di negara dimana korupsi menjadi hal biasa, birokrat yang tidak produktif yang menginginkan pembayaran lain untuk memberi izin mengalihkan keuntungan bisnis. Pengurangan keuntungan ini memperlambat tingkat pertumbuhan ekonomi. Penelitian terhadap lebih dari 70 negara menunjukkan bahwa korupsi mempunyai dampak negatif yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di suatu negara.

Debat dan rumitnya masakah ini tetap berlangsung dan sekali lagi kita dapat memutuskan memberi suap adalah hal yang tidak pantas dilakukan. Benar, bahwa korupsi adalah tidak baik dan menggangu perekonomian suatu negara tapi pada kasus tertentu dibutuhkan pembayaran terhadap pemerintah agar menghapuskan halangan untuk menciptakan lapangan kerja baru. Bagaimanapun, suap membuat korusi semakin buruk dan buruk. Korupsi kembali pada diri masing – masing dan memulai untik tidak korupsi adalah hal yang tidak mustahil meskipun sulit. Pendapat ini memperkuat masalah etika agar jangan mendekati korupsi apapun keuntungan yang didapat dari korupsi.

Banyak perusahaan multinasional yang setuju dengan kalimat ini, seperti contohnya perusahaan minyak BP yang tidak memberi toleransi sedikitpun terhadap pelaku korupsi.

Kewajiban moral

Perusahaan multinasional mempunyai kekuatan untuk mengatur sumber daya dan kemampuan mereka untuk memindahkan produksi dari satu negara ke negara lain. Kekuasaan tersebut tidak hanya dibatasi oleh hukum dan peraturan tapi juga oleh kedisiplinan dari pasar dan proses yang bersaing juga penting. Beberapa berkata bahwa kekuasaan yang berakar pada tanggung jawab sosial bisa memberikan suatu komunitas hasil yang baik dan kemajuan. Konsep awal dari tanggung jawab sosial adalah sebuah ide yang dimiliki pengusaha yang harus mempertimbangkan konsekuensi sosial ketika membuat keputusan bisnis dan harus membuat anggaran untuk menentukan agar tercipta ekonomi yang baik dan konsekuensi sosial yang baik. Tanggung jawab sosial mudah dilakukan karena suatu cara yang baik untuk emlakukan sebuah bisnis. Beberapa berpendapat bahwa bisnis, umumnya bisnis besar harus menyadari kewajiban kebangsawanan mereka dan harus memberi imbal balik pada masyarakat yang membuat mereka menjadi sukses. Kewajiban kebangsawanan berasal dari bahasa perancis yang artinya kehormatan dan murah hati yang dimiliki oleh seorang bangsawan. Dalam dunia bisnis, menjadi murah hati adalah sebuah tangung jawab menjadi usahawan yang sukses. Hal ini telah lama disadari oleh pengusaha dan hal ini dapat menjadikan menaikkan kesejahteraan dari komunitas dimana mereka menjalankan usaha.

Bagaimanapun juga, masih ada beberapa perusahaan yang menyalahgunakan kekuasaan demi kepentingan pribadi. Cerita sejarah yang paling terkenal adalah the British East India Company. Didiriakn pada tahun 1600, the East India Company menjadi kekuatan yang dominan di India pada abad ke 19. besarnya kekuasaan dapat dilihat dari mereka mempunyai 40 kapal perang, memiliki pasukan tentara terbesar di dunia dan secara de facto menguasai 240 juta penduduk dan memiliki uskup tersendiri untuk menunjukkan dominasi mereka dalam dunia kegamaan.

Kekuasaan adlah hal yang normal. Tergantung kekuatan tersebut digunakan untuk apa. Bisa digunakan untuk hal yang baik untuk meningkatkan kesejahteraan yang pantas dilakukan atau bisa digunakan untuk mengerjai yang bertingkah tidak pantas. Seperti dalam kasus News Corporation yang merupakan salah satu kerajaan media terbesar di dunia yang terdapat dalam Mamajemen Focus. Kekuasaan yang mereka peroleh, mereka dapat dengan cara membangun persepsi publik dengan cara memilih berita – berita yang mereka tayangkan. Pendiri News Corporation dan CEO Rupert Murdoch telah lama menyadari bahwa China akan menjadi salah satu pasar yang menjajikan dalam pasar media dan tanpa izin mereka memperluas jaringan News Corporation di China yang menggunakan satelit Star TV. Beberapa yang tidak setuju mengatakan bahwa Murdoch menggunakan cara yang tidak pantas untuk menyelesaikan tujuan ini.

Beberapa perusahaan multinasional telah menyadari kewajiban moral ini yaitu menggunakan kekuasaan mereka untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. BP, salah satu perusahaan minyak terbesar dunia, telah membuat keputusan untuk melakukan investasi sosial di negara mereka melakukan usaha. Di Algeria, BP melaksanakan proyek gas di tengah gurun Salah.ketika perusahaan mengetahui bahwa dai Salah kekurangan air, perusahaan membangun 2 pipa air untuk menyediakan minum dan menyediakan air agar dapat dibawa pulang oleh penduduk Salah. Tidak adal alasan ekonomi untuk melakukan hal ini, tapi perusahaan percaya bahwa mereka memiliki tanggung jawab moral untuk membangun masyarakat. Meskipun hal ini kecil bagi BP, tapi merupakan hal yang penting bagi penduduk lokal.

Dilemma Etika

Kewajiban etika dari perusahaan multinasional terhadap kondisi tenaga kerja, HAM, korupsi, pencemaran lingkungan, dan penggunaan energi tidak terlalu jelas. Disini kemungkinannya adalah tidak adanya kompromi atau pembicaraan lebih lanjut tentang pemahaman terhadap etika tersebut. Dari pandangan bisnis internasional, terdapat perdebatan apakah etika tergantung pada satu pandangan budaya. Di USA, eksekusi hukuman dapat diterima, tapi pada budaya lain ini tidak ditrima-eksekusi hukuman mati dipandang sebagai suatu hinaan terhadap harga diri manusia dan hukuman mati tidak dibenarkan. Banyak orang Amerika memandang bahwa cara berpikir seperti itu aneh, tapi orang-orang Eropa memandang orang Amerika kejam. Terhadap orientasi bisnis misalnya, praktek ”gift giving” antara pihak-pihak terhadap negosiasi bisnis. Ketika praktek ini betul-betul dipertimbangkan sebagai tindakan yang benar dan pantas di budaya Asia, beberapa orang barat memandang praktek ini sebagai bentuk suap, dan oleh karena itu dianggap tidak beretika, terutama apabila pemberian tersebut merupakan sesuatu yang penting.

Manager harus dihadapkan pada kenyataan etika dilema. Contohnya, bayangkan apabila eksekutif Amerika berkunjung dan melihat cabang perusahaannya yang bertempat di negara miskin mengupah gadis berusia 12 tahun untuk bekerja di perusahaannya. Hal ini cukup mengejutkan melihat bahwa cabang perusahaannya menggunakan tenaga kerja anak-anak telah melanggar kode etika yang dimiliki oleh perusahaan tersebut, orang amerika tersebut menginstruksikan kepada manager local untuk mengganti anak-anak dengan orang dewasa. Manager local mematuhi perintah tersebut. Gadis yatim piatu tersebut yang bekerja untk mencari sesuap nasi untuk dia dan adiknyayang baru berumur 6 tahun, sudah tidak mendapat pekerjan lain, da dia putus asa sampai pada akhirnya dia bekerja di bidang prostitusi. Dua tahun kemudian dia meninggal karena penyakit AIDS. Akhirnya adiknya menjadi pengemis. Si adik bertemu dengan orang Amerika tersebut ketika ia mengemis di luar Mc. Donald’s. Sebenarnya keadaan ini merupakan tanggung jawabnya yang dia lupakan., anak laki-laki itu mengemis pada orang Amerika tersebut. Dan orang Amerika itu mempercepat langkahnya dan berjalan lebih cepat dan masuk ke Mc. Donald’s dimana dia memesan empat buah chesseburger, kentang goreng, milkshake. Satu tahun kemudian anak laki-laki itu terserang TBC dan akhirnya meninggal.

Setelah berkunjung orang Amerika tersebut sedikit memahami keadaan gadis itu,. Haruskah dia tetap menwarkan penggantian tersebut? mungkin tidak! Seharusnya ini lebih baik, oleh karena, dia memberikan status quo dan mengajak gadis itu kembali bekerja lagi? Tentu saja tidak, karena hal tersebut seharusnya melanggar dan terlarang dengan beberapa alasan melawan kode etika pada perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja anak-anak. Lalu apa yang seharusnya dilakukan? Apa kewajiban dari eksekutif terhadap dilemma ini?

Pertanyaan tersebut tidak mudah untuk dijawab. Hal tersebut merupakan kemurnian dari etika dilemmas-merupakan situasi yang tidak ada alternatifnya seperti penerimaan terhadap etika sendiri. Pada kasus ini, tenaga kerja anak-anak tidak dapat diterima, tapi tidak dapat dipungkiri bahwa gadis itu adalah pekerja, dan tidak dapat dipungkiri juga bahwa diahanya mencari sumber pendapatan. Apa yang diinginkan eksekutif Amerika, apa yang diinginkan manager, adalah arah moral, atau mungkin pemecahan masalah etika, yang dapat menjadi panduan bagi manager untuk mencari solusi etika dilemma. Nanti pada chapter ini kita akan menjelaskan garis besar apa yang dimaksud arah moral, atau pemecahan masalah etika, yang keduanya serupa. Untuk saat ini, sudah cukup dimengerti bahwa etika dilemma tetap terjadi karena tetap menjadi hal yang rumit di dunia, sulit untuk digambarkan, dan menyebabkan konsekwensi pertama, kedua, dan ketiga sulit untuk diukur. Melakukan hal yang benar, atau mengetahui hal yang mungkin benar, seringkali sulit untuk dilakukan.

Akar dari tindakan yang tidak beretika

Banyak manger berlaku seperti tidak beretika di bidang bisnis internasional. Kelompok investor Amerika mulai tertarik untuk memulihkan SS United States, yang yang dulunya adalah kapal mewah. Langkah pertama untuk memulihkannya adalah penarikan asbestos kapal. Asbestos adalah material racun yang diproduksi dari abu murni yang pabila dihirup dapat menyebabkan efek yang berakibat kerusakan paru-paru, kanker, dan kematian. Atas dasar itu, pemerintah di negara-negara tersebut menekan standar pengembangan perubahan asbestos. Beberapa perusahaan U.S, dengan standar yabg ditetapkan di Amerika, mengupah pekerjanya lebih dari $100 milion. Perusahaan di Ukraina menawarkan untuk melakukan pekerjaan tersebut dengan upah $2 milion, jadi kapal-kapal tersebut ditarik ke pelabuhan Ukraina di Sevastopol. Dengan persetujuan upah $2 milion, ini menunjukkan bahwa perusahaan Ukraina tidak dapat mengadopsi standar seperti di Amerika. Sebagai konsekwensinya, pekerjanya memiliki resiko yang signifikan dalam menghasilkan asbestos-penyebar penyakit. Apabila pada kasus ini, keinginan untuk menghemat biaya dapat diartika oleh investor Amerika sebagai tindakan yang tidak beretika, dengan sepengetahuan mereka mncari keuntungan bagi perusahaan dengan tidak melindungi pekerjanya terhadap resiko kesehatan.

Kenapa manager melakukan tindakan yang tidak beretika? Tidak ada jawawan yang simpel untuk menjawab pertanyaan tersebut, karena penyebab yang rumit, tapi sedikit pernyataan dapat dibuat (lihat gambar 4.1). pertama, etika bisnis tidak dapat dipisahkan dari etika personal, yang secara umum dapat diterima panduannya tentang prinsip salah dan benar bagi individu. Sebagai individu, kita secara tipikal tahu bahwa berbohong, dan mencuri adalah salah-hal ini tidak beretika-dan tahu tindakan yang benar adalh yang jujur dan terhormat, dan tetap teguh pada apa yang kita percaya untuk menjadi baik dan benar. Hal ini pada umumnya benar di mata masyarakat. Kode etika seseorang yang berdampingan dengan kepribadian kita berasal dari beberapa sumber, yang terdiri dari keluarga kita, sekolah kita, kepercayaan kita, dan media. Kode etika personal kita mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap tindakan kita sebagai pelaku bisnis. Seorang individu yang punya kepekaan kuat terhadap etika adalah orang yang jarang sekali bertindak tidak beretika pada bidang bisnis. Ini merupakan langkah pertama untuk membuktikan bahwa kepekaan yang tinggi terhadap etika bisnis bagi masyarakat menegaskan kekuatan dari personal ethics.

Manager suatu perusahaan yang bekerja ke luar negeri di perusahaan multinasional (manager ekspatriat) mungkin memiliki pengalaman luar biasa tentang tekanan terhadap pelanggaran personal ethics. Mereka keluar dari kebiasaan sosial dan budaya yang mendukungknya, yang secara psikologi dan geografi jauh dari perusahaan induk. Mereka mungkin merasakan perbedaan budaya di setiap tempat yang berbeda nilainya pada norma etika yang dianggap penting di perusahaan induk, dan mereka mungkin mengalah dengan pekerja lokal yang memiliki standar etika yang keras. Perusahaan induk mungkin mendesak manager ekspatriat untuk mencapai cita-cita yang kurang relistis yang hanya dapat dicapai dengan mengambil jalan tengah atau berpura-pura tidak beretika. Contohnya, untuk memenuhi mandat penting tentang pencapaian tujuan, manager ekspatriat mungkin memberi suap untuk memenangkan kontrak atau mungkin melakukan pengamatan kondisi dan kontrol lingkungan yang minimal dapat diterima. Manager lokal mungkin menganjurkan ekspatriat untuk mengadaptasi tindakannya. Oleh karena jarak geografis, perusahaan induk mungkin tidak dapat untuk mengamati bagaimana manager ekspatriat memenuhi tujuannya, atau mungkin memilih untuk tidak mengamati bagaimana mereka melakukannya, dengan mengijinkan tindakan untuk berjalan baik dan tetap dilakukan.

Juga, banyak penelitian tentang tindakan yang tidak beretika pada bidang bisnis telah menyimpulkan bahwa pelaku bisnis kadangkala tidak menyadari tindakan mereka yang tidak beretika, utamanya karena kesalahan pengucapan. Apakah ini suatu keputusan atau tindakan etika? Malah, mereka mereka menggunakan perhitungan bisnis untuk membuat keputusan bisnis, untuk mendapatkan keputusan tersebut mungkin juga membutuhkan ukuran etika. Kesalahan pada prosesnya bisa terjadi apabila tidak menggabungkan pertimbangan etika untuk membuat keputusan bisnis. Hal ini dapat ditunjukkan pada kasus Nike ketika manager memutuskan membuat subkontrak (lihat kasus pembukaan). Keputusan tersebut mungkin saja dipilah karena pertimbangan dasar pada bisnis variamel seperti biaya, pengiriman, dan kualitas produk, dan manager kunci salah mengucapakan, bagaimana subkontraktor memperlakukan tenaga kerjanya? Apabila mereka mempertanyakan pertanyaan tersebut, mereka kemungkinan beralasan bahwa itu adalah urusan subkontraktor, bukan mereka. (contoh lainnya pada pengambilan keputusan bisnis yang mungkin tidak beretika, lihalah Management Focus yang menuliskan keputusan Pfizer’s untuk mencoba eksperimen obatnya kepada anak-anak yang menderita meningitis di Nigeria.

Sayangnya suasana di beberapa tidak mendorong seseorang untuk berpikir sampai konsekwensi etika terhadap keputusan bisnis. Ini menunjukkan pada kita 3 penyebab tindakan yang tidak beretika pada bisnis-budaya organisasi yang mengabaikan etika bisnis, mengurangi keputusan pada kegiatan ekonomi yang bersih. Istilah budaya organisai berhubungan dengan nilai dan norma yang merupakan bagian diantara pekerja pada organisasi. Kamu akan kembali memgingat dari chapter 3bahwa nilai adalah ide abstrak apa yang dipercaya suatu kelompok untuk menjadi lebih baik, benar, dan sangat diperlukan, sedangkan norma adalah kebiasaan sosial dan petunjuk yang menentukan tindakan yang tepat pada situasi penting. Hanya sebagai masyarakat yang berbudaya, yang dapat melakukan aktivitas bisnis. Secara bersamaan, nilai dan norma membentuk budaya pada organisasi bisnis, dan budaya tersebut memiliki pengaruh penting pada etika untuk mengambil keputusan bisnis.

Penulis Robert Bryce telah menjelaskan tentang keadaan budaya orgaisasi saat ini-kebangkrutan yang dialami perusahaan energi multinasional Enron terjadi akibat ketamakan dan penipuan. Menurut Bryce, hal tersebut dibuat oleh top manager yang mengambil keputusan sendiri untuk memperkaya dirinya sendiri dan keluarganya. Bryce menunjukkan bagaiman ex-CEO Kenneth Lay membuat keyakinan keuntungan keluarganya kebanyakan dari Enron. Banyak perusahaan bisnis travel Enron dijalankan oleh travel agency yang dimiliki adik Lay. Ketika internal auditor merkomendasikan bahwa perusahaan itu dapat melakukan hal yang lebih baik apabila menggunakan travel agency lain, dia segera mengundurkan diri dari perusahaannya. Pada tahun 1997, Enron memperoleh sebuah perusahaan yang dijalankan oleh anak dari Kenneth Lay, Mark Lay, yang mecoba mengembangkan usahanya pada bisnis perdagangan bubur kayu dan kertas. Saat itu, Mark Lay dan perusahaan lainnya yang dia kontrol menjadi target investigasi kriminal penipuan, dan penggelapan.

Sebagai bagian ddari keputusannya, Enron mengangkat Mark Lay sebagai eksekutif dengan kontrak 3 tahun dengan jaminan $1 milin yang dibayar setiap eriode, plus pilihan untuk menjual 20.000 lembar saham Enron. Bryce juga mendetailkan anak laki-lakinya yang sudah dewasa menggunakan jet Enron untuk mengirimkan bed ukuran besar ke prancis. Deengan Kenneth Lay sebagai contohnya, ini mungkin bukan hal mengejutkan lagi bahwa keegoisan suatu saat akan mendatangkan kehancuran pada Enron. Catatan paling penting adalah contoh pada Kepala Keuangan Andrew Fastrow yang membuat ”off balance sheet” yang bekerja sama bukan hanya menyembunyikan kondisi financial perusahaan Enron dari investor , tapi juga membayar membayar miliar dollar ke Fastrow. (fastrow kemudian terbukti melakukan tindakan kriminal penipuan dan dihukum penjara.)

Penyebab keempat dari tindakan yang beretika sudah ditunjukkan pada-ini ditekankan oleh induk perusahaan untuk melaksanakan memainkan cara yang kuang relistis yang dapat dicapai hanya dengan mengambil jalan tengah atau bertindak seerti tidak beretika. Lagi, Bryce membicarakan bagaimana hal ini kemungkinan dapat terjadi di Enron. Penyukse Lay sebagai CEO, Jeff Skilling, mengambil sistem evaluasi performa di tempat yang memasangkan lebih dari 15% dari underperformer setiap 6 bulan. Ini membuat tekanan-alat budaya pada performa jarak dekat, dan respon beberapa eksekutif dan pedagang energi yang menekan dengan memalsukan nilai dari perdagangan, contohnya-0untuk membuat hal ini terlihat membuat performa yang lebih baik dari yang sebenarnya.

Penjelasan dari kegagalan Enron adalah bahwa budaya organisasi dapat mengesahkan tindakan yang dianggap tidak beretika, pentingnya ketika hal ini digabungkan dengan fokus dari menentukan tujuan dengan tidak beretika, seperti memperbesar jangka pendek dari ekonomi, tidak peduli berapa biayanya. Pada keadaan seperti itu, disana terdapat kemungkinan yang lebih besar dari biasanyabahwa manager akan melanggar etika personalnya sendiri dan menggunakan tindakan yang tidak beretika. Dengan hal yang sama, budaya organisasi dapat melakukan hal yang sebaliknya dari tindakan yang beretika. Pada Hewlett-Packard, misalnya, Bill Hewlett dan David Packard, pendiri perusahaan, memperbanyak jumlah dari nila yan diketehui sebagai The HP Way.

Nilai ini, yang membentuk jalan bisnis adalah memimpin keduanya dan dengan badan hukum, memiliki komponen etika yang penting. Antara hal yang lainnya, mereka menekankan kebutuhan untuk kepercayaan diri dan berkenaan dengan seseorang, membuka komunikasi, dan terfokus pada pekerja individu.

Enron dan Hewlett-Packard contohnya menunjukkan dasar dari penyebab kelima dari kegiatan yang tidak beretika-kepemimpinan. Pemimpin membantu mengembangkan budaya dari organisasi, dan mereka menjadi contoh bagi pengikut lainnya. Pekerja lain pada bidang bisnis seringkali menggunakan petunjuk dari pemimpin mereka, dan apabila pemimpin tersebut tidak memiliki tindakan pada hal etika, mereka mungkin juga tidak. Ini bukan tentang hal yang dikatakan oleh pemimpinnya, tapi apa yang mereka lakukan. Enron contohnya, memiliki kode etika bahwa Kennet Lay seringkali menyerah pada dirinya sendiri, tapi tindakan Lay sendiri adalah untuk memperbanyak jumlah keluarganya di perusahaanya daripada hal lainnya.

Pendekatan Filosofi pada Etika

Kita akan melihat beberapa perbedaan pendekatan pada etika bisnis disini, awalnya dengan beberapa yang sangat penting dijelaskan adalah sebagai straw men, yang baik keduanya mengingkari nilai dari etika bisnis atau mengaplikasi konsep yang sangat tidak memuaskan. Setelah didiskusikan, dan menolak, straw men,kami kemudian menuliskan pendekatan yang menarik bagi filosofis dan dari dasar model tindakan beretika di bidang bisnis

ETIKA BISNIS DALAM ISLAM

Etika Bisnis Dalam Islam

Bab I Pendahuluan

Latar Belakang

Kegagalan yang paling terasa dari modernisasi yang merupakan akibat langsung dari era globalisasi adalah dalam bidang ekonomi. Kapitalisme modern yang walaupun akhirnya mampu membuktikan kelebihannya dari sosialisme, kenyataannya justru melahirkan berbagai persoalan, terutama bagi negara-negara Dunia Ketiga (termasuk negara-negara Muslim) yang cenderung menjadi obyek daripada menjadi subyek kapitalisme.

Dikaitkan dengan kegagalan kapitalisme Barat di negara-negara Muslim tersebut, kesadaran bahwa akar kapitalisme bukanlah dari Islam kemudian membangkitkan keinginan untuk merekonstruksi sistem ekonomi yang dianggap “otentik” berasal dari Islam. Apalagi sejarah memperlihatkan bahwa pemikiran ekonomi, telah pula dilakukan oleh para ulama Islam, bahkan jauh sebelum Adam Smith menulis buku monumentalnya The Wealth of Nations.[1] Di samping itu, Iklim perdagangan yang akrab dengan munculnya Islam, telah menempatkan beberapa tokoh dalam sejarah sebagai pedagang yang berhasil. Keberhasilan tersebut ditunjang oleh kemampuan skill maupun akumulasi modal yang dikembangkan. Dalam pengertiannya yang sangat umum, maka bisa dikatakan bahwa dunia kapitalis sudah begitu akrab dengan ajaran Islam maupun para tokohnya. Kondisi tersebut mendapatkan legitimasi ayat al-Qur’an maupun sunnah dalam mengumpulkan harta dari sebuah usaha secara maksimal.[2]

Dengan banyaknya ayat al-Qur’an dan Hadis yang memberi pengajaran cara bisnis yang benar dan praktek bisnis yang salah bahkan menyangkut hal-hal yang sangat kecil, pada dasarnya kedudukan bisnis dan perdagangan dalam Islam sangat penting. Prinsip-prinsip dasar dalam perdagangan tersebut dijadikan referensi utama dalam pembahasan-pembahasan kegiatan ekonomi lainnya dalam Islam sebagai mana pada mekanisme kontrak dan perjanjian baru yang berkaitan dengan negara non-muslim yang tunduk pada hukum perjanjian barat.[3]

Pada dasarnya etika (nilai-nilai dasar) dalam bisnis berfungsi untuk menolong pebisnis (dalam hal ini pedagang) untuk memecahkan problem-problem (moral) dalam praktek bisnis mereka. Oleh karena itu, dalam rangka mengembangkan sistem ekonomi Islam khususnya dalam upaya revitalisasi perdagangan Islam sebagai jawaban bagi kegagalan sistem ekonomi –baik kapitalisme maupun sosialisme-, menggali nilai-nilai dasar Islam tentang aturan perdagangan (bisnis) dari al-Qur’an maupun as-Sunnah, merupakan suatu hal yang niscaya untuk dilakukan. Dengan kerangka berpikir demikian, tulisan ini akan mengkaji permasalahan revitalisasi perdagangan Islam, yang akan dikaitkan dengan pengembangan sektor riil.

Bab II Pembahasan Teori

Pengertian Etika Bisnis Dalam Islam

Definisi Etika

Etika itu sendiri merupakan salah satu disiplin pokok dalam filsafat, ia merefleksikan bagaimana manusia harus hidup agar berhasil menjadi sebagai manusia (Franz Magnis-Suseno :1999)

Etika (ethics) yang berasal dari bahasa Yunani ethikos mempunyai beragam arti : petama, sebagai analisis konsep-konsep mengenai apa yang harus, mesti, ugas, aturan-aturan moral, benar, salah, wajib, tanggung jawab dan lain-lain. Kedua, pencairan ke dalam watak moralitas atau tindakan-tindakan moral. Ketiga, pencairan kehidupan yang baik secara moral (Tim Penulis Rasda Karya : 1995)

Menurut K. Bertens dalam buku Etika, merumuskan pengertian etika kepada tiga pengertian juga; Pertama, etika digunakan dalam pengertian nilai-niai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Kedua, etika dalam pengertian kumpulan asas atau nilai-nilai moral atau kode etik. Ketiga, etika sebagai ilmu tentang baik dan buruk

Menurut Ahmad Amin memberikan batasan bahwa etika atau akhlak adalah ilmu yang menjelaskan arti yang baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia kepada lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat.

DefinisiBisnis
Kata bisnis dalam Al-Qur’an yaitu al-tijarah dan dalam bahasa arab tijaraha, berawal dari kata dasar t-j-r, tajara, tajran wa tijarata, yang bermakna berdagang atau berniaga. At-tijaratun walmutjar yaitu perdagangan, perniagaan (menurut kamus al-munawwir).

Menurut ar-Raghib al-Asfahani dalam al-mufradat fi gharib al-Qur’an , at-Tijarah bermakna pengelolaan harta benda untuk mencari keuntungan.

Menurut Ibnu Farabi, yang dikutip ar-Raghib , fulanun tajirun bi kadza, berarti seseorang yang mahir dan cakap yang mengetahui arah dan tujuan yang diupayakan dalam usahanya.